Header AD

Pesantren Potensi Ekonomi yang Dahsyat

Nusron Wahid, Sekretaris Umum Inkopontren Pesantren Potensi Ekonomi yang Dahsyat

Seorang politisi biasanya selalu sibuk dengan urusan yang melulu berakaitan dengan politik. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Nusron Wahid. Politisi muda dan Anggota DPR dari Fraksi Golkar ini lebih tertarik bekerja konkret “ngurusi rakyat” melalui Induk Koperasi Pondok Pesantren (Inkopontren). “Kerjaan ini memang butuh ketekunan dan kesabaran. Ini akan menghasilkan kerja kongkrit yang dapat dirasakan rakyat. Saya memang kurang tertarik dengan manuver politik. Capek lah,” ujar Nusron. Apa saja harapan Nusron Wahid melalui Inkopontren? Berikat petikan wawancara Saefullah wartawan Duta Masyarakat.


Kenapa Anda tertarik mengurusi Inkopontren?
Kami tahu angka kemiskinan di Indonesia sudah mencapai sekitar 40 juta. Tentu saja kita tidak tinggal diam, harus melakukan sesuatu. Nah, Inkopotren ini akan kita jadikan alat untuk memberdayakan ekonomi masyarakat, terutama masyarakat pedesaan. Dan sebagaian besar, masyarakat miskin itu, adalah dari kalangan masyarakat pesanten. Oleh karena itu, kita akan menjadikan koperasi pesantren untuk menciptakan wirausaha baru atau peluang usaha baru. Sebab untuk mengatasi kemiskinan tidak bisa diberikan bantuan atau subsidi atau bahkan dengan santuan-santuan. Tetapi dengan menciptakan peluang-peluang kerja. Dari peluang kerja itu diharapkan mampu menyerap peluang kerja. Biar bagaimanapun Inkopontren adalah organisasi bisnis yang berbasis kerakyatan. Dalam hal ini jelas rakyatnya adalah warga Pondok pesantren, masyarakat sekitar Pondok Pesantren dan jamaah Pondok Pesantren.

Program apa saja di Inkopontren untuk menjalankan niat Anda itu?
Pertama, net-assistmen. Kita bangun dengan membuat kategori-kategori kebutuhan yang dibutuhkan pondok pesantren. Mislanya, pondok pesantren yang telah memiliki koperasi tapi belum berbadan hukum hendaknya segera membuat badan hukum. Karena disitulah ada legalisasi formal untuk menjalankan usaha. Setelah berbadan hukum, lalu diberikan pelatihan-pelatihan manajemen terlebih dahulu (Capacity building). Setelah memberikan program, manajamen keuangan, manjemen produk dan sebagainya, baru kita akan berikan bantuan mencarikan modal usaha. Hampir sebagian besar usaha kecil terdapat tiga kelemahan, yakni modal, inovasi produk dan pemasaran.

Bagaimana kita mengatasi tiga kelemahan itu?
Dalam ekonomi kita mengenal prinsip triple “P”. People (SDM), produk (barang) dan profit (keuntungan). Jika tidak ada sdm yang bagus, maka tidak menghasilkan produk selanjutnya tentu tidak akan menghasilkan propit. Oleh karena itu, kita memakai be what induaction atau kesimpulan yang mundur. Kalau kita ingin profit yang baik, maka satu-satunya jalan harus membuat produk yang unggul. Untuk menghasilkan produk yang unggul maka kita harus membuat sumberdaya manusia yang unggul pula.

Anda punya cara agar triple “P” tersebut mampu diterapkan di Inkopontren?
Insya Allah. Kita sudah mulai ditingkat induk di Jakarta. Semua yang bekerja disini dibayar secara proposional dan profesional sesuai bidang pekerjaanya. Nanti akan kita himbau juga di koperasi-koperasi primer di pondok pesantren.

Ada kultur yang tidak baik di kalangan masyarakat, termasuk masyarakat pesantren, yakni lemah bidang kedisiplinan. Terkadang kredit dianggap sebagai hibah yang tidak perlu dikembalikan. Hingga tidak jarang pinjaman modal digunakan untuk keperluan konsumtif, seperti membeli mobil atau rumah baru. Tanggapan Anda?
Begini Nahdlatul Ulama kan mempunyai usul fiqih yang berbunyi, Al muafadoh alalqodhimisholih walachdu bil zadidil iasllah, (melestarikan nilai-nilai lama yang masih bagus dan mengabil nilai baru yang lebih bagus), nah kalau nilai lama itu, tidak bagus ngapain kita pertahankan. Harus kita revolusioner. Harus kita rombak. Sudah saatnya kultur seperti itu kita tinggalkan bila kita tidak ingin ketinggalan oleh yang lain.

Caranya?
Salah satunya adalah melalui pelatihan-pelatihan. Dengan pembongkaran wacana, pemberian pengetahuan dan sebagainya. Nanti saya kira, kiai-kiai maupun pondok pesantren yang tidak profesional, yang masih menggunakan klutur lama atau manajemen tunggal, tidak mempakai divison of later (pembagian tugas) yang jelas pasti akan ditinggal oleh pasar. Wong ekonomi ini mekanisme pasar. Meski Pondok Pesantren bila menghasilkan produk dengan kualitas buruk, apakah akan memakasa para santri membeli? Saya kira belum tentu. Para santri akan protes. Karena mereka makin kritis. Satu sisi santri juga konsimen yang punya hak untuk mendaptkan prodak yang berkualutias.

Sebetuknya apa seh keunggulan yang dimiliki Inkopontren?
Kami mempunyai jaringan dan pangsa pasar yang jelas. Di Indonesia ada 16 ribu pondok pesantren. Dari 16 itu ada 4 ribu yang memiliki koperasi pondok pesantren yang berbadan hukum. Itu sebuah jaringan yang dahasyat. Dari 16 ribu, kalau rata-rata memiliki 2 ribu anggota sudah ada 1,2 juta anggota aktif. Belum ditambah masyarakat sekitar. Mana ada koperasi di Indonesia yang anggotanya mencapai 1,2 juta. Oleh karena itu, kita harus mewujudkan potensi yang kita miliki menjadi potensi ekonomi. Ini jaringan kalau dibiarkan akan mati. Kan sayang. Tapi kalau kita hidupkan akan menciptakan multiefek yang luar biasa. Ekonomi di bawah akan menggeliat. Akan ada fakor produksi, sirkulsi produksi. Dan ujungnya akan mencipatakan keuntungan bagi masyarakat pesantren dan sekitarnya.

Dapatkan memiliki multi player iefek yang lebih besar?
Tentu. Multi player efect yang ditimbulkan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan. Maka logaikanya pengangguran akan teratsi., kemiskinian akan terkurangi. Kalau ini dapat berjalan dengan baik akan memberikan konstribusi dalam rangka menciptakan percepatan pembanginan terutama di basis-basis pedesaan. Kenapa? karena semua aspek pondok di pedesaan.

Apa sih usaha Inkopontren?
Pertama sedang berusaha mengatur jalur distribusi. Kedua, rata-rata komperasi primer di pondok pesantren punya industri argo, kerajinan, dan konvensi. Seperti membuat jilbab, pakaian muslim dan sebagainya. Kedua adalah distribusi dan dagang. Buat minimarket, jual sabun dan kebutuhan sehari-hari.

Peluang bisnis lain?
Kami sedang menjajaki peluang bisnis Apotek. Banyak masyarakat desa beli obat susah dan mahal. Karena mata rantai kepanjangan, maka harganya mahal. Dengan kehadiran koperasi pondok pesantren yang bergeraj bidang Apotek di desa, kita harapkan obat menjadi murah, karena memutus mata rantai yang panjang itu. Ketiga jasa keuangan. Kita mempunyai 400 baitul maal watamwil. Inkpontren juga sedang menjajaki peluang usaha perumahan.
Pemerintah sudah memberikan subsidi perumahan masksimal 12 juta bagi yang berpengasuhal rendah. Saya kira ustad-ustad di pondok pesantren itu sebagian besar berpenghasilan rendah. Nanti kita bantu bangunkan rumah. Kalau mereka sudah punya tanah kita bangunkan rumah senilai 25 juta. Kan dapat subsidi 12 juta. Tinggal kita bantu mereka dapat hutang ke bank 12 juta. Mereka tinggal mencicil hutang yang di bank. Akhirnya mereka dapat kemudahan. Kita akan bangun berjamaah mesti tempatnya tidak jadi satu.

Kalau Inkopontren harus ada yang dibenahi bidang apa?
Moral. Jangan sampai Pondok pesantren pakai aji mumpung. Mentang-mentang dibantu pemerintah. Mentalnya bukan mental bisnis. Tapi mental konsumsi. Bukan dapat di usaha. Buat buat bagun rumah.





Pesantren Potensi Ekonomi yang Dahsyat Pesantren Potensi Ekonomi yang Dahsyat Reviewed by marbun on 10:54 PM Rating: 5

Post AD