Pesantren dan Dunia Seni
Banyak anggapan di masyarakat bahwa pesantren adalah dunia pertapaan dan pengambangan ilmu pengetahuan saja. Hal itu benar. Tapi sekilas kalau kita pelajari sejarah, dapat disimpulkan bahwa anggapan tersebut di atas adalah sebuah penyempitan persepsi atas peran pesantren.
Sejak dahulu peran pesantren bahkan meliputi segala aspek kehidupan ummat dan masyarakat. Zaman dahulu misalnya, banyak santri-santri keluaran Purba Baru yang menyebar ke pelosok perkampungan ikut serta dalam pembangunan ‘losung aek’ yang belum dikenal di berbagai daerah pedalama. Losung Aek adalah sistem penggilingan padi secara otomatis yang digerakkan oleh air menggunakan kincir, seperti cara kerja teknologi mikro hydro untuk pembangkitan listrik tenagar air mikro.
Keberadan losung aek ini tentu sangat membantu petani yang selama ini menggiling padinya menggunakan tangan atau ternak yang energinya sangat terbatas dan lambat.
Pesantren dengan santrinya juga dituntu untuk memperkenalkan dunia teknologi kepada masyarakat. Tentu keberadaabn losung aek itu segera terkikis setelah diperkenalkannya teknologi mesin yang ditemukan menyusul ditemukannya mesin tenaga uap.
Selain dunia teknologi dunia pesantren juga dikenal sebagai pusat pengembangan seni dan kesenian dalam masyarakat. Sebut misalnya peran walisongo dalam pengembangan kesenian wayang di Pulau Jawa.
Secara umum peran pesantren dalam dunia seni adalah:
Seni dalam bela diri. Pesantren sering terlibat dalam pengmbangan seni peladiri pencak silat ini. Lihat misalnya perkumpulan silat Tapak Suci yang dikembagkan oleh Pesantren darussalam Gontor Ponorogo. Pencak Silat berkembang mulai dari seni bela diri, pernafasan, senam dan ilmu penyegaran tubuh bahkan kepada pengobatan alternatif menggunakan energi dalam tubuh.
Seni kaligrafi yang sudah menjadi trade mark sebuah pesantren.
Seni tarik suara. Pesantren juga banyak terlibat dalam dunia tarik suara. Walaupun bukan kurikulum wajib dalam pesantren banyak santri-santri pesantren yang terjun dalam penciptaan seni musik ini. Baik itu dalam nada nasyid, gambus dan berbagai aliran-aliran lainnya. Belakangan ini ada sebuah tren di mana para santri ikut serta dalam perekaman lagu yang didistribusikan dalam bentuk kaset,. VCD, DVD dan lain sebagainya. Sebuah pesatren di Tapanuli Selatan bahkan menciptakan sebuah kreasi dengan menggubah lagu-lagu rohani ke dalam berbagai bahasa daerah. Santri-santrinya kemudian dikenal sebagai dai’dai seni dalam berbagai bahasa khususnya mandairing, batak, karo maupun dairi disamping bahasa wajib yang Arab dan Melayu. Berbagai pesantren di Jawa diinformasikan juga telag melakukan hal serupa. Adanya lagu-lagu rohani dalam bahasa daerah sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Hal itu dianggap sebagai apresiasi pesantren akan pentingnya pengembangan bahasa daerah atau lokal sebagai media optimalisasi dakwah.
Seni visual. Banyak santri-santri pesantren belakangan ini yang tertarik untuk mengoptimalkan pelajaran drama dan teater di pesantrennya untuk ditampilkan dalam bentul visula dalam piringan VCD dan DVD versi santri. Rekaman perjalanan, drama ekstra kurikuler, maupun dakwah ditampilkan dalam bentuk VCD agar dapat terjangkau di semual kalangan masyarakat. Film-film berdurasi pendek dan berbiaya ringan buatan santri juga sudah mulai marak. Maka jadilah santri-santri sebagai sutradara-sutradara amatiran yang menggarap pesanan.
Majunya teknologi informasi sekarang ini membuat dunia editing dan perekaman semakin mudah. Banyak santri yang kemudian terlibat dalam pembuatan VCD-VCD yang bertujuan dakwah seperti misalnya tema pemandian jenazah, informasi makanan halal dan haram, cara penyembelihan hewa yang sesuai dengan syariah, bentuk-bentuk shalat dan bentuk-bentuk pelajara yang informatif lainnya.
Selain itu, santri juga berkreasi membuat film-film berdurasi pendek yang bertujuan untuk menggugah penontonnya. Sayangnya mereka masih sangat lemah dalam hal pemasaran produknya sehingga dapat menjangkau konsumen secara nasional.
Pesantren sebagai sebuah sub kultur tidak saja dikenal sebagai dunia pertapaan dan tempat menuntut ilmu, tapi juga sebagai sarana dan prasarana untuk mengembangkan kreatifitas indivisu. Kesemuanya dikondisikan untuk membantu ummat dan masyarakat menuju masyarakat yang berperadaban.
Sejak dahulu peran pesantren bahkan meliputi segala aspek kehidupan ummat dan masyarakat. Zaman dahulu misalnya, banyak santri-santri keluaran Purba Baru yang menyebar ke pelosok perkampungan ikut serta dalam pembangunan ‘losung aek’ yang belum dikenal di berbagai daerah pedalama. Losung Aek adalah sistem penggilingan padi secara otomatis yang digerakkan oleh air menggunakan kincir, seperti cara kerja teknologi mikro hydro untuk pembangkitan listrik tenagar air mikro.
Keberadan losung aek ini tentu sangat membantu petani yang selama ini menggiling padinya menggunakan tangan atau ternak yang energinya sangat terbatas dan lambat.
Pesantren dengan santrinya juga dituntu untuk memperkenalkan dunia teknologi kepada masyarakat. Tentu keberadaabn losung aek itu segera terkikis setelah diperkenalkannya teknologi mesin yang ditemukan menyusul ditemukannya mesin tenaga uap.
Selain dunia teknologi dunia pesantren juga dikenal sebagai pusat pengembangan seni dan kesenian dalam masyarakat. Sebut misalnya peran walisongo dalam pengembangan kesenian wayang di Pulau Jawa.
Secara umum peran pesantren dalam dunia seni adalah:
Seni dalam bela diri. Pesantren sering terlibat dalam pengmbangan seni peladiri pencak silat ini. Lihat misalnya perkumpulan silat Tapak Suci yang dikembagkan oleh Pesantren darussalam Gontor Ponorogo. Pencak Silat berkembang mulai dari seni bela diri, pernafasan, senam dan ilmu penyegaran tubuh bahkan kepada pengobatan alternatif menggunakan energi dalam tubuh.
Seni kaligrafi yang sudah menjadi trade mark sebuah pesantren.
Seni tarik suara. Pesantren juga banyak terlibat dalam dunia tarik suara. Walaupun bukan kurikulum wajib dalam pesantren banyak santri-santri pesantren yang terjun dalam penciptaan seni musik ini. Baik itu dalam nada nasyid, gambus dan berbagai aliran-aliran lainnya. Belakangan ini ada sebuah tren di mana para santri ikut serta dalam perekaman lagu yang didistribusikan dalam bentuk kaset,. VCD, DVD dan lain sebagainya. Sebuah pesatren di Tapanuli Selatan bahkan menciptakan sebuah kreasi dengan menggubah lagu-lagu rohani ke dalam berbagai bahasa daerah. Santri-santrinya kemudian dikenal sebagai dai’dai seni dalam berbagai bahasa khususnya mandairing, batak, karo maupun dairi disamping bahasa wajib yang Arab dan Melayu. Berbagai pesantren di Jawa diinformasikan juga telag melakukan hal serupa. Adanya lagu-lagu rohani dalam bahasa daerah sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Hal itu dianggap sebagai apresiasi pesantren akan pentingnya pengembangan bahasa daerah atau lokal sebagai media optimalisasi dakwah.
Seni visual. Banyak santri-santri pesantren belakangan ini yang tertarik untuk mengoptimalkan pelajaran drama dan teater di pesantrennya untuk ditampilkan dalam bentul visula dalam piringan VCD dan DVD versi santri. Rekaman perjalanan, drama ekstra kurikuler, maupun dakwah ditampilkan dalam bentuk VCD agar dapat terjangkau di semual kalangan masyarakat. Film-film berdurasi pendek dan berbiaya ringan buatan santri juga sudah mulai marak. Maka jadilah santri-santri sebagai sutradara-sutradara amatiran yang menggarap pesanan.
Majunya teknologi informasi sekarang ini membuat dunia editing dan perekaman semakin mudah. Banyak santri yang kemudian terlibat dalam pembuatan VCD-VCD yang bertujuan dakwah seperti misalnya tema pemandian jenazah, informasi makanan halal dan haram, cara penyembelihan hewa yang sesuai dengan syariah, bentuk-bentuk shalat dan bentuk-bentuk pelajara yang informatif lainnya.
Selain itu, santri juga berkreasi membuat film-film berdurasi pendek yang bertujuan untuk menggugah penontonnya. Sayangnya mereka masih sangat lemah dalam hal pemasaran produknya sehingga dapat menjangkau konsumen secara nasional.
Pesantren sebagai sebuah sub kultur tidak saja dikenal sebagai dunia pertapaan dan tempat menuntut ilmu, tapi juga sebagai sarana dan prasarana untuk mengembangkan kreatifitas indivisu. Kesemuanya dikondisikan untuk membantu ummat dan masyarakat menuju masyarakat yang berperadaban.
Pesantren dan Dunia Seni
Reviewed by marbun
on
12:32 PM
Rating:
Post a Comment