Header AD

Perbandingan Gaya Kepemimpinan Rico Waas dan Chow Kon Yeow

MEDAN – Gaya kepemimpinan setiap pemimpin mencerminkan karakter, latar belakang budaya, serta tuntutan sosial-politik wilayah yang dipimpinnya. Di Asia Tenggara, dua tokoh menarik perhatian dalam konteks kepemimpinan daerah adalah Wali Kota Medan, Rico Waas, dan Chief Minister Penang, Malaysia, Chow Kon Yeow. Keduanya menunjukkan pendekatan berbeda namun efektif dalam menjalankan roda pemerintahan masing-masing.

Rico Waas, yang baru-baru ini dilantik sebagai Wali Kota Medan, tampil dengan gaya kepemimpinan yang populis, komunikatif, dan terkesan membumi. Ia kerap turun langsung ke lapangan, memantau kondisi jalan, drainase, hingga berdialog dengan warga tanpa protokoler yang kaku. Pendekatan ini mencerminkan semangat reformasi birokrasi yang ingin mendekatkan pemerintah kepada rakyat.

Sementara itu, Chow Kon Yeow, yang telah menjabat sebagai Chief Minister Penang sejak 2018, dikenal dengan gaya kepemimpinan teknokratis dan berbasis data. Sebagai anggota Partai Aksi Demokratik (DAP), ia menerapkan prinsip good governance dengan mengedepankan transparansi anggaran dan pembangunan berkelanjutan. Chow lebih sering berbicara dalam forum kebijakan dan seminar internasional, memperkuat citra Penang sebagai negara bagian yang terbuka terhadap inovasi.

Dalam konteks komunikasi publik, Rico Waas lebih aktif di media sosial, khususnya Instagram dan TikTok, untuk menyampaikan program-program pemerintah. Gaya bahasa yang santai dan responsif terhadap keluhan masyarakat membuatnya populer di kalangan anak muda Medan. Hal ini turut memperkuat citra Rico sebagai pemimpin generasi baru.

Berbeda halnya dengan Chow, yang lebih konservatif dalam penggunaan media sosial. Ia cenderung menggunakan saluran resmi pemerintah seperti konferensi pers dan rilis media untuk menyampaikan informasi. Meski demikian, gaya ini tetap mendapatkan kepercayaan publik karena konsistensi dan ketegasan dalam penyampaian pesan.

Dari sisi kebijakan infrastruktur, Rico fokus pada penataan ulang kawasan inti kota Medan. Ia menggulirkan program Medan Heritage Revive untuk meremajakan bangunan-bangunan bersejarah dan mengintegrasikan transportasi publik. Proyek ini banyak melibatkan komunitas arsitektur dan sejarah lokal untuk menjaga keaslian kota tua.


Sedangkan Chow Kon Yeow mendorong transformasi digital dan transportasi ramah lingkungan di Penang. Salah satu program unggulannya adalah Penang Transport Master Plan (PTMP) yang mencakup pengembangan LRT, tram, dan infrastruktur hijau. Meskipun menghadapi kritik dari kelompok lingkungan, Chow tetap teguh dengan pendekatan jangka panjang.

Dalam pengelolaan birokrasi, Rico berupaya menciptakan pelayanan publik yang cepat dan bebas pungli. Ia membuka saluran pengaduan daring dan memperkuat peran inspektorat kota. Di sisi lain, Chow lebih menekankan pada reformasi sistem audit internal dan kolaborasi dengan lembaga antikorupsi federal.

Kedua pemimpin juga menunjukkan respons berbeda terhadap krisis. Saat Kota Medan mengalami banjir besar, Rico langsung turun ke lokasi, memimpin evakuasi, dan mendirikan posko terpadu. Aksinya mendapat pujian meski juga dikritik karena dianggap belum menyentuh akar persoalan drainase.
Chow menghadapi tantangan serupa saat Penang dilanda banjir bandang akibat cuaca ekstrem. Ia membentuk tim khusus mitigasi bencana yang bekerja lintas instansi. Dalam waktu singkat, data kerusakan dihimpun dan dialokasikan dana perbaikan tanpa banyak birokrasi, menunjukkan efisiensi sistem.

Secara personalitas, Rico Waas tampil ekspresif, mudah bergaul, dan terbuka dengan media. Ia kerap mengundang jurnalis untuk dialog santai dan menggelar diskusi publik bersama aktivis. Chow sebaliknya lebih tenang, penuh pertimbangan, dan cenderung berbicara hanya ketika diperlukan, menunjukkan karakter kepemimpinan yang berhati-hati.

Namun keduanya sama-sama menaruh perhatian besar pada isu sosial. Rico menggalakkan program beasiswa kota Medan bagi pelajar miskin dan peningkatan kualitas Puskesmas. Chow meluncurkan inisiatif inklusi digital untuk lansia dan penyandang disabilitas di Penang, memastikan tidak ada warga yang tertinggal dalam transformasi digital.

Perbedaan menarik juga terlihat dalam pendekatan terhadap budaya lokal. Rico Waas mendukung festival budaya Batak, Melayu, dan Tionghoa sebagai bagian dari promosi pariwisata kota. Chow secara konsisten mendorong pelestarian budaya Baba-Nyonya, serta menjadikan George Town sebagai pusat seni rupa dan kuliner warisan.

Keduanya menghadapi tantangan politik yang berbeda. Rico masih harus meraih dukungan penuh DPRD dan mengatasi perbedaan politik internal. Sementara Chow berada dalam struktur federal Malaysia yang lebih kompleks, di mana partainya tidak selalu sejalan dengan pemerintahan pusat.


Namun dari sisi keberlanjutan, Chow terlihat lebih konsisten dengan agenda hijau dan pembangunan rendah karbon. Ia menjalin kerja sama dengan lembaga internasional untuk proyek energi terbarukan. Rico baru memulai langkah-langkah ke arah tersebut, dengan uji coba panel surya di gedung-gedung pemerintah.

Dalam relasi internasional, Chow lebih terlibat dalam forum ASEAN dan kerja sama antardaerah dengan negara-negara seperti Jepang, Korea, dan Australia. Rico masih berfokus pada kerja sama dalam negeri, meski belakangan ini mulai membuka jaringan dengan diaspora Medan di luar negeri.


Meski berbeda dalam banyak hal, baik Rico maupun Chow mencerminkan generasi pemimpin kota yang adaptif dan sadar akan pentingnya keterlibatan publik. Mereka sama-sama menunjukkan bahwa kemajuan daerah tidak hanya soal infrastruktur, tetapi juga soal kepercayaan warga terhadap kepemimpinan.

Kepemimpinan Rico Waas menonjol dari sisi keterlibatan emosional dan penguatan identitas lokal. Sedangkan Chow unggul dalam perencanaan jangka panjang dan pengelolaan sistem yang terstruktur. Keduanya memberi pelajaran bahwa tidak ada satu model kepemimpinan yang ideal, karena setiap kota memiliki tantangan dan karakter unik.

Dalam dinamika politik perkotaan yang makin kompleks, perbandingan ini menjadi penting untuk melihat bagaimana pemimpin bisa menggabungkan visi, strategi, dan kedekatan dengan rakyat. Baik Medan maupun Penang sedang bergerak menuju transformasi besar, dan gaya kepemimpinan akan sangat menentukan keberhasilannya.

Dibuat oleh AI
Perbandingan Gaya Kepemimpinan Rico Waas dan Chow Kon Yeow Perbandingan Gaya Kepemimpinan Rico Waas dan Chow Kon Yeow Reviewed by Admin2 on 12:31 AM Rating: 5