Bahasa Arab Ekonomi Kontemporer
Perkembangan media-media Arab belakanan ini sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh lulusan pesantren sebagai alternatif pilihan profesi masadepan.
Sebut misalnya Aljazeera, Alarabiya dan lain sebagainya bahkan BBC, CNN, VOA, CNBC dan lain sebagainya yang meupakan ikon medi eropa telah membuka divisi TV Arab mereka.
Dunia ketiga tidak ketinggalan. TV China, India, Jepang, Korea telah lama masuk dalam pasar media Arab, yang walaupun jumlah penduduknya relatif kecil namun potensi ekonomi yang digarap umayan besar.
Nah mengapa nggak TV-TV Indonesia membuka divisi Arabnya, misalnya Trans TV Al Arabiya, An TV Al Arabiya Atau Lativi Al Arabiya misalnya.
Padahal potensi ekonomi ke arah itu lumayan besar. Misalnya telah tersedianya SDM berbahasa Arab yang kebanyakan lulusan Pesantren, UIN, IAIN, STAIN dan Jurusan Bhs Arab dari Universitas Negeri serta alumni Timteng.
Alasan kedua adalah pasar Arab merupakan pasar yang sangat potensial untuk digarap. Kue ekonomi dunia akibat melimpahnya cadangan minyak mereka merupakan alasan utama. Apalagi di Timur Tengah, jumlah pemirsa potensial masyarakat Indonesia lumayan tinggi. Diperkirakan hampir sejuta TKI berada di Timur Tengah, belum termasuk jamaa'ah haji dan umrah yang jumlahnya lumayan jutaan.
Keadaran ke arah itu telah dipioniri oleh pesantren. Banyak pesantren di Indonesia telah membuka program upgradasi kemampuan bahasa Arab yang mengarah kepada bahasa jurnalisme ekonomi dan politik yag biasa dipakai oleh media-media Arab.
Pesantren-pesantren kaya misalnya telah menyiarkan langsung program-program berita bahasa Arab dari channel arab sehingga para santri yang tertarik dalam dunia media kelak dapat terbiasa mengeti bahasa-bahasa ekonomi dan politik.
Pesantren di pedesaan biasanya akan memampangkan koran-koran arab dalam majalah dinding mereka yang didapat dari kedutaan-kedutaan di Jakarta.
Peluang bisnis dan kerja di bidang jurnalisme dan media Araba sangat tinggi, mengapa tidak dimanfaatkan????
Sebut misalnya Aljazeera, Alarabiya dan lain sebagainya bahkan BBC, CNN, VOA, CNBC dan lain sebagainya yang meupakan ikon medi eropa telah membuka divisi TV Arab mereka.
Dunia ketiga tidak ketinggalan. TV China, India, Jepang, Korea telah lama masuk dalam pasar media Arab, yang walaupun jumlah penduduknya relatif kecil namun potensi ekonomi yang digarap umayan besar.
Nah mengapa nggak TV-TV Indonesia membuka divisi Arabnya, misalnya Trans TV Al Arabiya, An TV Al Arabiya Atau Lativi Al Arabiya misalnya.
Padahal potensi ekonomi ke arah itu lumayan besar. Misalnya telah tersedianya SDM berbahasa Arab yang kebanyakan lulusan Pesantren, UIN, IAIN, STAIN dan Jurusan Bhs Arab dari Universitas Negeri serta alumni Timteng.
Alasan kedua adalah pasar Arab merupakan pasar yang sangat potensial untuk digarap. Kue ekonomi dunia akibat melimpahnya cadangan minyak mereka merupakan alasan utama. Apalagi di Timur Tengah, jumlah pemirsa potensial masyarakat Indonesia lumayan tinggi. Diperkirakan hampir sejuta TKI berada di Timur Tengah, belum termasuk jamaa'ah haji dan umrah yang jumlahnya lumayan jutaan.
Keadaran ke arah itu telah dipioniri oleh pesantren. Banyak pesantren di Indonesia telah membuka program upgradasi kemampuan bahasa Arab yang mengarah kepada bahasa jurnalisme ekonomi dan politik yag biasa dipakai oleh media-media Arab.
Pesantren-pesantren kaya misalnya telah menyiarkan langsung program-program berita bahasa Arab dari channel arab sehingga para santri yang tertarik dalam dunia media kelak dapat terbiasa mengeti bahasa-bahasa ekonomi dan politik.
Pesantren di pedesaan biasanya akan memampangkan koran-koran arab dalam majalah dinding mereka yang didapat dari kedutaan-kedutaan di Jakarta.
Peluang bisnis dan kerja di bidang jurnalisme dan media Araba sangat tinggi, mengapa tidak dimanfaatkan????
Bahasa Arab Ekonomi Kontemporer
Reviewed by marbun
on
2:47 PM
Rating:
Post a Comment