Pakar Antariksa Dr Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar: Ilmu Falak Masih Langka di Sumut
KBAA -- Ilmu Falak secara umum di Indonesia masih terbilang langka, apalagi di Kota Medan. Tetapi belakangan ini ada gairah atau semangat masyarakat untuk memahami dan mengerti tentang ilmu tersebut.
Kepala Observatorium Ilmu Falak (OIF) UMSU Dr Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar MA menjelaskan, ilmu falak itu sangat luas. Dalam literatur barat ilmu falak disebut astronomi yang membahas alam semesta dengan segala yang berada di dalamnya baik itu galaksi, planet, dan bintang-bintang.
Dikatakan Arwin, ilmu falak dalam Islam lebih mengkaji terhadap benda-benda langit yang terkait dengan ibadah umat Islam. Pengkajian ilmu falak untuk ibadah tersebut secara garis besar terdiri menjadi empat bagian.
“Pertama tentang waktu salat, karena waktu salat sangat bergantung dengan posisi gerak harian matahari sehinga urgensinya untuk menentukan waktu salat. Yang kedua adalah menentukan arah kiblat, yang kalau disederhanakan adalah pemahaman terhadap tiga posisi, tempat kita berada, titik Kakbah, dan titik kutub utara. Pemahaman tentang titik ini dalam disiplin ilmu terkait disebut trigonometri yang termasuk juga ke dalam ilmu astronomi, yaitu pemahaman lokasi terkait posisi lintang geografis dan bujur geografis,” jelasnya di Gedung OIF, Pascasarjana UMSU, Jalan Denai, Medan, Selasa (26/1).
Selanjutnya, tambahnya, ilmu falak berperan dalam menentukan waktu dan tempat terjadinya gerhana, baik gerhana matahari atau juga gerhana bulan. Dengan demikian ilmu falak berkepentingan untuk menjelaskan itu karena ada aspek ibadah di dalamnya yakni Salat Sunat Gerhana.
Yang terakhir, terkait penentuan awal bulan, baik memakai metode hisab atau rukyat, kedua-duanya adalah domain dari ilmu falak. Kesemua itu adalah cakupan ilmu falak yang spesifik dalam Islam, Secara lebih luas, ilmu falak mengkaji tetang alam semesta dan seluruh isinya.
Meskipun sangat penting, ilmu falak masih kurang mendapat perhatian, baik dari pemerintah ataupun masyarakat.
“Adalah problem kita bersama tidak hanya di Medan, tetapi juga di Indonesia. Secara formal akademik, institusi yang menyelenggarakan pendidikan ilmu falak itu hanya dua di Indonesia, yang pertama jurusan astronomi di ITB dan yang kedua adalah di jurusan ilmu falak atau konsentrasi ilmu falak di UIN Walisongo Semarang. Selebihnya hanya mata kuliah biasa atau juga berupa komunitas. Bahkan di Sumatera Utara tidak ada satu institusi/lembaga pendidikan yang memiliki jurusan ataupun konsentrasi ilmu falak,” jelas alumnus sebuah universitas di Mesir ini.
Lebih lanjut dikatakan Arwin, hal ini menjadi problem bersama umat Islam di Indonesia. ”Kita tahu bahwa kita punya kepentingan yang sangat besar terhadap ilmu falak karena terkait dengan ibadah, tetapi kita tidak memiliki basis formal akademik di bidang itu,” ujarnya.
Oleh karena itu, Arwin berharap agar pemerintah dapat memberikan ruang akademik untuk pengembangan ilmu falak ke depan. Terlebih karena fungsi dan kegunaannya yang begitu signifikan, baik dalam kepentingan ibadah juga kepentingan sehari-hari. (sumber)
Kepala Observatorium Ilmu Falak (OIF) UMSU Dr Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar MA menjelaskan, ilmu falak itu sangat luas. Dalam literatur barat ilmu falak disebut astronomi yang membahas alam semesta dengan segala yang berada di dalamnya baik itu galaksi, planet, dan bintang-bintang.
Dikatakan Arwin, ilmu falak dalam Islam lebih mengkaji terhadap benda-benda langit yang terkait dengan ibadah umat Islam. Pengkajian ilmu falak untuk ibadah tersebut secara garis besar terdiri menjadi empat bagian.
“Pertama tentang waktu salat, karena waktu salat sangat bergantung dengan posisi gerak harian matahari sehinga urgensinya untuk menentukan waktu salat. Yang kedua adalah menentukan arah kiblat, yang kalau disederhanakan adalah pemahaman terhadap tiga posisi, tempat kita berada, titik Kakbah, dan titik kutub utara. Pemahaman tentang titik ini dalam disiplin ilmu terkait disebut trigonometri yang termasuk juga ke dalam ilmu astronomi, yaitu pemahaman lokasi terkait posisi lintang geografis dan bujur geografis,” jelasnya di Gedung OIF, Pascasarjana UMSU, Jalan Denai, Medan, Selasa (26/1).
Selanjutnya, tambahnya, ilmu falak berperan dalam menentukan waktu dan tempat terjadinya gerhana, baik gerhana matahari atau juga gerhana bulan. Dengan demikian ilmu falak berkepentingan untuk menjelaskan itu karena ada aspek ibadah di dalamnya yakni Salat Sunat Gerhana.
Yang terakhir, terkait penentuan awal bulan, baik memakai metode hisab atau rukyat, kedua-duanya adalah domain dari ilmu falak. Kesemua itu adalah cakupan ilmu falak yang spesifik dalam Islam, Secara lebih luas, ilmu falak mengkaji tetang alam semesta dan seluruh isinya.
Meskipun sangat penting, ilmu falak masih kurang mendapat perhatian, baik dari pemerintah ataupun masyarakat.
“Adalah problem kita bersama tidak hanya di Medan, tetapi juga di Indonesia. Secara formal akademik, institusi yang menyelenggarakan pendidikan ilmu falak itu hanya dua di Indonesia, yang pertama jurusan astronomi di ITB dan yang kedua adalah di jurusan ilmu falak atau konsentrasi ilmu falak di UIN Walisongo Semarang. Selebihnya hanya mata kuliah biasa atau juga berupa komunitas. Bahkan di Sumatera Utara tidak ada satu institusi/lembaga pendidikan yang memiliki jurusan ataupun konsentrasi ilmu falak,” jelas alumnus sebuah universitas di Mesir ini.
Lebih lanjut dikatakan Arwin, hal ini menjadi problem bersama umat Islam di Indonesia. ”Kita tahu bahwa kita punya kepentingan yang sangat besar terhadap ilmu falak karena terkait dengan ibadah, tetapi kita tidak memiliki basis formal akademik di bidang itu,” ujarnya.
Oleh karena itu, Arwin berharap agar pemerintah dapat memberikan ruang akademik untuk pengembangan ilmu falak ke depan. Terlebih karena fungsi dan kegunaannya yang begitu signifikan, baik dalam kepentingan ibadah juga kepentingan sehari-hari. (sumber)
Pakar Antariksa Dr Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar: Ilmu Falak Masih Langka di Sumut
Reviewed by Admin2
on
3:44 AM
Rating:
Post a Comment