Header AD

Pesantren Kuantum

Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki Peresensi: Khusnul Yaqin,
Manajer di Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Lingkungan (LPPL),
Ujungpandang.

Banyak kalangan pelajar menganggap belajar adalah aktivitas yang
tidak menyenangkan. Duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian
dan pikiran pada satu pokok bahasan, baik yang sedang
diceramahkan guru atau yang sedang dihadapinya di meja belajar,
hampir selalu dirasakan sebagai beban ketimbang upaya aktif untuk
memperoleh ilmu. Mereka tidak menemukan suasana re-kreasi (baca:
mencipta kembali dengan penuh kesadaran) saat di kelas atau pun
ketika mengerjakan tugas di rumah.

Karenanya banyak pelajar menganggap ruang-ruang belajar -- di
sekolah atau di rumah --sebagai sebuah penjara. Kalau saja mereka
datang ke tempat belajar atau bergulat dengan setumpuk pe-er,
maka itu tidak lebih dari sekadar rutinitas untuk mengisi daftar
absensi atau untuk mencari nilai, tanpa diiringi kesadaran untuk
menambah wawasan atau pun mengasah keterampilan.



Tercerabutnya kegairahan belajar, selain disebabkan oleh
ketidaktepatan metodologis, juga berakar pada paradigma
pendidikan konvensional yang menyekat ruang-pengajar-dan-pelajar
dan membatasi kemampuan otak manusia. Paradigma ini sering
berimplikasi pada hilangnya kepercayaan diri pelajar ketika
berhadapan dengan materi-materi pelajaran yang seolah-olah sulit,
karena pelajar selain dianggap mempunyai otak yang terbatas.
Selain itu mereka tidak dianggap sebagai pusat kreasi yang dapat
menjalin kemitraan dengan pengajar.

Dengan demikian, terbentuklah sekat struktural antara pengajar
dan pelajar. Pada titik kronis pengajar seolah-olah memegang
otoritas mutlak ilmu, sehingga kritik adalah suatu hal yang tabu.

Suasana batin paradigma ini kemudian berpengaruh lebih luas pada
metode belajar-mengajar yang tidak kondusif bagi perkembangan
rohani peserta didik. Metode belajar-mengajar yang diterapkan
hanya mengakomodasi karakter umum pelajar dalam mencerap
pelajaran, sehingga kecenderungan-kecenderungan spesifik pelajar
dalam mencerap pelajaran diabaikan. Dalam keadaan demikian
suasana kebersamaan yang digairahkan oleh keberanekaragaman
kemampuan guru dan murid dalam mengelola proses belajar-mengajar
tidak diapresiasi.

Dari sisi paradigma, khususnya pada metodologi, buku Bobbi
Deporter dan Mike Hernacki yang berjudul asli Quantum Learning:
Unleashing The Genius in You ini menunjukkan gagasan yang baru
dan segar. Metodologi belajar-mengajar yang diterangkan secara
gamblang dan sederhana merupakan kelebihan buku ini. Hal ini
mungkin yang menyebabkan pengarang enggan mengelaborasi lebih
dalam sisi paradigmanya.

Dengan merujuk rumus fisika kuantum E = mc2, DePorter menyodorkan
gagasan yang mengadopsi teori kuantum sebagai paradigma dalam
pendidikan. Paradigma ini menunjukkan penghargaan yang tinggi
terhadap manusia dan memperlihatkan suatu kenyataan bahwa proses
belajar -- atau bahkan proses hidup -- adalah aktivitas untuk
meraih sebanyak mungkin cahaya.

Melalui interaksinya dengan cahaya, manusia dapat mencipta
sebanyak mungkin energi. Otak manusia sebagai pusat seluruh
proses pencerapannya adalah materi yang apabila berinteraksi
secara intensif dengan cahaya akan menghasilkan energi yang luar
biasa.

Metode belajar kuantum bermula dari upaya Dr Gergori Lozanov,
seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan
apa yang disebutnya sebagai suggestology atau suggestopedia.
Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti memberikan hasil
situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti
positif ataupun negatif.

Beberapa teknik yang digunakan dalam metode belajar kuantum
adalah menciptakan sekondusif mungkin ruang belajar untuk
membangun sugesti, seperti memasang musik latar di dalam kelas,
mendudukkan pelajar secara nyaman, meningkatkan partisipasi
individu, dan menyediakan guru-guru yang terlatih dengan baik
dalam seni pengajaran sugesti.

Dalam belajar dengan metode kuantum, sekat struktural antara
pengajar dan pelajar dihilangkan semaksimal mungkin. Penciptaan
suasana yang menjalin saling pengertian antara pengajar dan
pelajar adalah suatu hal yang penting. Oleh karena itu teori
Neurolingustik (NLP) yang mempelajari bagaimana otak mengatur
informasi diaplikasi dalam metode belajar ini. Dengan pengetahuan
NLP guru dapat mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang
positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan yang positif dan
jalinan kebersamaan yang erat antara siswa dan guru.

Selain itu, pensuasanaan dan kesiapan para peserta didik menjadi
perhatian yang menonjol dalam metode kuantum. Suasana ruang
belajar ditata semenarik mungkin agar mampu menciptakan keadaan
yang gembira dari awal pelajaran dimulai hingga proses belajar
berakhir.

Pelajaran dimulai dengan melakukan aktivitas fisik selama
beberapa menit untuk melemaskan otot-otot. Kemudian, relaksasi
tubuh dan revisualisasi positif dari keberhasilan sebelumnya
menempatkan siswa dalam mental yang prima dan perhatian yang
relaks terhadap apa saja yang terjadi di kelas. Suasana eksternal
yang kondusif dan keadaan internal yang segar menjadi prioritas
utama dalam belajar dengan metode kuantum.

Pesantren kuantum
-----------------
Buku ini merupakan ''rekaman'' yang baik dari pengalaman Bobbi
DePorter dalam membangun proyek pendidikan luar sekolah yang
brilian yang diberi nama SuperCamp. Dengan membaca buku ini kita
akan menemukan teknik-teknik belajar dengan metode kuantum yang
efektif, efisien, bergairah dan menghasilkan semacam kemampuan
diri yang berlipat-lipat.

SuperCamp sebenarnya berawal dari sekolah bisnis Burklyn di
Vermont. Sekolah ini merupakan sekolah garda depan yang
mengajarkan subjek-subjek bisnis tradisional dengan cara yang
tidak tradisional. DePorter menerapkan metode belajar cepat yang
dipelajarinya dari pakar pendidikan ternama Dr Georgi Lozanov di
sekolah bisnis ini.

Keberhasilan sekolah bisnis ini dalam mengubah perilaku, cara
berpikir, semangat hidup dan wawasan bisnis peserta didik,
membuahkan gagasan untuk menerapkan metode belajar yang sama bagi
anak-anak ABG. Di SuperCamp inilah prinsip-prinsip dan metode
belajar kuantum menemukan bentuknya.

Buku ini memberikan kepada Anda 20% informasi dari SuperCamp yang
membuat 80% perbedaan dalam cara belajar Anda. Dua puluh persen
yang amat penting ini mencakup bidang dan keterampilan berikut
ini: Bersikap positif, termotivasi, menemukan cara belajar Anda,
menciptakan lingkungan belajar yang sempurna, membaca dengan
cepat, membuat catatan yang efektif, mempelajari teknik penulis
yang canggih, berpikir kreatif, mengembangkan hafalan yang
menakjubkan (hal. 12).

Di Indonesia, kegiatan yang hampir mirip dengan SuperCamp bisa
kita temukan pada pesantren-pesantren kilat yang seringkali
diadakan untuk mengisi masa libur siswa-siswa SD sampai SMU
bahkan mahasiswa di perguruan tinggi. Hanya saja di pesantren-
pesantren kilat itu hampir tidak diterapkan 20% yang penting dari
SuperCamp yang termuat dalam buku ini.

Barangkali pesantren-pesantren kilat yang ada akan lebih baik
jika mengadopsi metode belajar kuantum, hingga akhirnya nanti
akan banyak pesantren-pesantren kuantum yang akan menjadi
paradigma baru dalam pendidikan di negeri kita. Semoga.

Pesantren Kuantum Pesantren Kuantum Reviewed by marbun on 10:48 PM Rating: 5

Post AD