PERAN pondok pesantren sangat besar
PERAN pondok pesantren sangat besar dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pengajar pondok pesantren harus memiliki kompetensi agar setiap pesantren memiliki standar yang sama dengan pendidikan formal lainnya.
Dengan jumlahnya yang cukup signifikan dari Sabang sampai Merauke, peran pondok pesantren tak bisa diabaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Demikian dikemukakan Direktorat Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Nonformal (Dir. PTKNF) Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Erman Syamsuddin. ”Di Jawa Timur, pondok pesantren berperan besar memberantas buta aksara,” ujar Erman.
Menurut dia, pondok pesantren merupakan embrio-embrio pendidikan masyarakat yang sudah mengakar sejak lama. Agar lulusan pondok pesantren memiliki kesempatan yang sama dengan siswa lain dari sekolah formal, mutu pendidikan di tempat tersebut harus ditingkatkan agar memiliki standard yang sama.
”Pengajar pondok pesantren baik formal maupun informal harus memiliki kompetensi agar mutu pendidikan di ponpes tersebut setara satu sama lain, juga dengan tempat pendidikan lainnya,” katanya pada acara pembukaan Program Pelatihan Pengembangan Metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Tutor PKBM Berbasis Pondok Pesantren, Senin (14/5).
Menurut data Departemen Aga¬ma RI tahun 2004, institusi pondok pesantren di Indonesia jumlahnya mencapai 16 ribu ponpes. Dengan jumlah sebesar itu, memang bukan hal yang mudah untuk melakukan standardisasi ke semua ponpes. Apalagi, menurut Direktur Eksekutif Kantata Research Indonesia Mulyadi M Phillian, dunia pesantren memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain.
”Namun, dengan adanya konsep persaudaraan atau ukuwah, perbedaan tidak menjadi pemidah antara satu ponpes dengan ponpes lainnya. Hal tersebut merupakan modal dasar yang dapat mendorong terjadinya komunikasi dan integrasi antar pesantren,” katanya.
Mulyadi mengatakan, setelah melakukan riset, pihaknya menemukan ada beberapa kebutuhan pondok pesantren untuk meningkatkan mutunya. Kebutuhan tersebut antara lain; kebutuhan terhadap orientasi kelembagaan dan manajemen strategis, kebutuhan terhadap metodologi pembelajaran, pemberdayaan ekonomi, kebutuhan terhadap pengembangan metodologi pembelajaran dan penguasaan bahasa asing, dan yang terakhir adalah kebutuhan terhadap kemandirian santri, berupa life skill (kemampuan hidup).
”Kami berusaha menjawab kebutuhan yang keempat (pengembangan metodologi pembelajaran dan penguasaan bahasa asing) dengan menyelenggarakan program pelatihan yang digelar atas kerjasama dengan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Bahasa ini,” jelasnya.
Mulyadi mengatakan, program pelatihan tersebut diikuti oleh 30 peserta perwakilan ponpes dari tiga provinsi. Satu peserta dari Jakarta, tujuh dari Banten dan 22 peserta dari Jawa Barat. Para peserta yang merupakan tutor bahasa Inggris di ponpesnya masing-masing akan diberikan pelatihan metodologi pembelajaran bahasa Inggris selama dua pekan.
”Bisa dibilang pelatihan kali ini merupakan pilot project. Kami berharap ke depan, semua pesantren di Indonesia bisa mendapat kesempatan yang sama,” kata Mulyadi.
Dengan jumlahnya yang cukup signifikan dari Sabang sampai Merauke, peran pondok pesantren tak bisa diabaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Demikian dikemukakan Direktorat Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Nonformal (Dir. PTKNF) Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Erman Syamsuddin. ”Di Jawa Timur, pondok pesantren berperan besar memberantas buta aksara,” ujar Erman.
Menurut dia, pondok pesantren merupakan embrio-embrio pendidikan masyarakat yang sudah mengakar sejak lama. Agar lulusan pondok pesantren memiliki kesempatan yang sama dengan siswa lain dari sekolah formal, mutu pendidikan di tempat tersebut harus ditingkatkan agar memiliki standard yang sama.
”Pengajar pondok pesantren baik formal maupun informal harus memiliki kompetensi agar mutu pendidikan di ponpes tersebut setara satu sama lain, juga dengan tempat pendidikan lainnya,” katanya pada acara pembukaan Program Pelatihan Pengembangan Metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Tutor PKBM Berbasis Pondok Pesantren, Senin (14/5).
Menurut data Departemen Aga¬ma RI tahun 2004, institusi pondok pesantren di Indonesia jumlahnya mencapai 16 ribu ponpes. Dengan jumlah sebesar itu, memang bukan hal yang mudah untuk melakukan standardisasi ke semua ponpes. Apalagi, menurut Direktur Eksekutif Kantata Research Indonesia Mulyadi M Phillian, dunia pesantren memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain.
”Namun, dengan adanya konsep persaudaraan atau ukuwah, perbedaan tidak menjadi pemidah antara satu ponpes dengan ponpes lainnya. Hal tersebut merupakan modal dasar yang dapat mendorong terjadinya komunikasi dan integrasi antar pesantren,” katanya.
Mulyadi mengatakan, setelah melakukan riset, pihaknya menemukan ada beberapa kebutuhan pondok pesantren untuk meningkatkan mutunya. Kebutuhan tersebut antara lain; kebutuhan terhadap orientasi kelembagaan dan manajemen strategis, kebutuhan terhadap metodologi pembelajaran, pemberdayaan ekonomi, kebutuhan terhadap pengembangan metodologi pembelajaran dan penguasaan bahasa asing, dan yang terakhir adalah kebutuhan terhadap kemandirian santri, berupa life skill (kemampuan hidup).
”Kami berusaha menjawab kebutuhan yang keempat (pengembangan metodologi pembelajaran dan penguasaan bahasa asing) dengan menyelenggarakan program pelatihan yang digelar atas kerjasama dengan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Bahasa ini,” jelasnya.
Mulyadi mengatakan, program pelatihan tersebut diikuti oleh 30 peserta perwakilan ponpes dari tiga provinsi. Satu peserta dari Jakarta, tujuh dari Banten dan 22 peserta dari Jawa Barat. Para peserta yang merupakan tutor bahasa Inggris di ponpesnya masing-masing akan diberikan pelatihan metodologi pembelajaran bahasa Inggris selama dua pekan.
”Bisa dibilang pelatihan kali ini merupakan pilot project. Kami berharap ke depan, semua pesantren di Indonesia bisa mendapat kesempatan yang sama,” kata Mulyadi.
PERAN pondok pesantren sangat besar
Reviewed by marbun
on
10:47 PM
Rating:
Post a Comment