Header AD

Studi Tentang Al Akautsar Al Akbar Medan

PROSES PEMBELAJARAN TAUHID

(Studi Pada Pesantren Modern Al-Kautsar Al-Akbar Medan Sumatera Utara)


Purbatua Manurung


This study focuses on the learning process of tauhid tought in Pesantren Modern Al-Kautsar Al-Akbar Medan. It tried to discuss the teaching method applied, the references used by the teachers as well the student’s ability to comprehend the subjects. It was found out that the flexible learning method and various references significantly helped the students to master the subjects. Even some students could integrate the tauhid subjects with modern social issues

Term kunci : Proses Pembelajaran Tauhid, Pesantren Al-Kautsar Al-Akbar

Sistem pendidikan nasional Indonesia mengenal adanya jenis dan jenjang pendidikan meliputi : pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional. Lembaga pendidikan kepesantrenan sudah ada sejak masuknya agama Hindu-Budha ke wilayah nusantara.1 Menurut Tafsir, pesantren adalah lembaga pendidikan yang tertua di Indonesia setelah rumah tangga.2 Sehingga dengan demikian ciri-ciri lembaga pendidikan pesantren adanya : kyai, ustadz, mesjid, santri, asrama santri, serta kajian kitab-kitab Islam klasik. Kitab-kitab klasik diajarkan di pesantren digolongkan kepada : Nahwu (Syntax); dan Sharaf (Morfologi), fiqh, Hadits, Tafsir, Tauhid, Tasawuf dan Etika, cabang-cabang lain seperti Tarikh/Balaghah.3

Kehadiran pesantren pada awalnya untuk memperdalam agama (tafaqqahu fi addini), sehingga sekarang lembaga pendidikan ini tidak hanya milik kiayai/ustadz. Akhirnya meluasnya perhatian masyarakat terhadap jenis pendidikan tersebut, sehigga dari berbagai kalangan masyarakat seperti kalangan dokter, kelompok pengusaha, serta ilmuan lainnya menjadi donatur, pendiri, serta penasehat pesantren. Akan tetapi semua niat baik dan usaha pembangunan dan pengembangan pendidikan kepesantrenan tersebut, harus dilandasi oleh nilai IMTAQ dan IPTEK. Khususnya muatan IMTAQ dalam identitas ke Islaman harus berdasarkan ketauhidan. Sehingga pada gilirannya tidak terlalu berlebihan, bahwa proses pembelajaran tauhid menjadi landasan utama dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama bagi kehidupan sehari-hari. Usman, mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku individu sebagai hasil adanya interaksi antara individu dengan individu lainnya.4 Lebih lanjut Hamalik mengemukakan bahwa secara operasional ada lima komponen utama dalam proses belajar mengajar : tujuan, materi belajar, metode dan tehnik mengajar siswa, guru dan logistik. Dengan demikian tidak dapat disangkal bahwa proses kegiatan belajar mengajar adalah sarana utama untuk mencapai tujuan hasil pembelajaran.5 Kemudian Abizar mendefenisikan instruksional adalah proses belajar yang mengarah pada tujuan serta direncanakan terlebih dahulu, atau dengan kata lain pengajaran adalah kegiatan dalam situasi bertujuan dan terkontrol.6

Lembaga pendidikan pesantren dengan segala jenis dan corak pengajaran tidak asing lagi menjadi wadah pembinaan generasi muda. Salah satu ciri khas pembelajaran kepesantrenan menjadi pusat pembinaan generasi muda dengan muatan IMTAQ dan IPTEK, adalah penting untuk dikaji perkembangannya. Salah satu lembaga pendidikan pesantren yang sedang berkembang di kota Medan khususnya, Sumatera Utara pada umumnya, adalah pesantren Al-Kautsar Al-Akbar di samping pesantren lainnya seperti Nurul Hakim dan Raudhatul Al Hasanah.

Dengan memperhatikan jadwal kegiatan belajar santri yang tersusun rapi dan serba padat, baik belajar dalam lokal klasikal maupun dengan belajar mandiri yang tetap mendapat pengarahan dan pengawasan tersendiri. Kesemuanya jenis kegiatan ini mewarnai pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga menjadi karakteristik tersendiri dari aspek akademik. Akhirnya menjadi sarana utama pembelajaran tauhid secara simultan membentuk makna tersendiri untuk penanaman nilai-nilai ketauhidan dengan bernuansa IMTAQ dan IPTEK.

Berdasarkan fenomena di lapangan juga dengan konotasi pesantren disebut kaum sarungan, sepertinya perlu ditelusuri lebih lanjut. Pada saat sekarang santri-santri lulusan pesantren Al-Kautsar tidak hanya memilih perguruan tinggi agama untuk tempat studi. Akan tetapi sudah menyebar memasuki perguruan tinggi umum melalui UMPTN memasuki Fakultas Kedokteran, kesehatan masyarakat, tekhnik, MIPA, Pertanian dan lain-lainnya. Sehingga dengan demikian proses pembelajaran di pesantren tidak hanya semata-mata bertujuan mempelajari agama. Untuk menyahuti perkembangan arus globalisasi dengan kemajuan IPTEK, sebaiknya harus dibarengi dengan dasar-dasar IMTAQ dan menurut literatur keislaman identitas utamanya adalah tauhid. Akhirnya tidak terlalu berlebihan jika diibaratkan adalah dua sisi mata uang yang tidak mungkin dapat dipisahkan antara keduanya dan seharusnya IMTAQ plus IPTEK. Akhirnya fokus permasalahan penelitian ini adalah : pelaksanaan proses belajar mengajar tauhid diimplementasikan menurut kurikulum dengan simultan membekali dan memberdayakan santri memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Menjadi pertanyaan penelitian adalah : Bagaimana proses pembelajaran tauhid dilaksanakan pada pesantren Al Kautsar Al Akbar.? Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan pelaksanaan proses belajar mengajar tauhid pada pesantren Al Kautsar Al Akbar, yang diharapkan dapat untuk :

· Memberikan sumbangan teoritik dan konseptual tentang pengembangan proses pembelajaran pada pesantren Al Kautsar Al Akbar.

· Menjadi bahan masukan bagi pimpinan, staf pengajar, santri untuk dapat mengembangkan proses belajar mengajar tauhid seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

· Menambah khazanah perbendaharaan kajian pendidikan kepesantrenan.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pesantren Modern Al Kautsar Al Akbar Jl. Pelajar Timur Ujung, Kota Medan Sumatera Utara. Untuk mempelajari situasi sosial proses pembelajaran tauhid, mengungkapkan serta memahami makna di balik perilaku dengan mengggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan & Biklen penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri : Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and the reseachers is the key instrument. Qualitative research is descriptive. Qualitative research are concerned with process rather than simply with out comes or products. Qualitative reseacrhers tend to analyze their data inductively. "Meaning" is of esensial concern to the qualitative approach.7 Semua tindakan berupa interaksi guru-siswa dalam lingkungan pesantren yaitu guru/ustadz – siswa/santri, menjadi situasi sosial ditandai dengan adanya tiga hal pokok yaitu aktor/ pelaku, aktifitas, dan tempat melakukan kegiatan. Untuk memilih pesantren pada proses pembelajaran tauhid dapat dipenuhi persyaratan penelitian kualitatif, sederhana hanya satu situasi sosial tunggal, mudah memahaminya, tidak terlalu kentara melaksanakan penelitian, izin melaksanakan penelitian mudah diperoleh, aktifitas subjek penelitian secara berulang.8

Data diperoleh melalui wawancara peneliti dapat menjaring tidak hanya apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang.9 Untuk memahami makna proses interaksi ustadz-santri dalam pembelajaran tauhid serta yang melatar belakanginya, makna guru tauhid menjadi "key informan". Wawancara dilakukan mulai dari kepala madrasah Tsanawiyah dan Aliyah, "bagaimana kriteria dan persyaratan yang ditetapkan pimpinan untuk mengangkat guru/ustadz yang akan mengajar di pesantren dan khususnya guru bidang studi tauhid". Kemudian wawancara dengan guru tauhid mengenai hal-hal pendukung ataupun penghambat dalam pengajaran tauhid. Dilanjutkan dengan hal-hal apa saja persiapan serta bahan-bahan yang harus dipenuhi sebelum mengajar tauhid. Dilengkapi dengan wawancara kepada santri menyangkut tanggapan, perasaan, saran, serta harapan lainnya terhadap pembelajaran tauhid. Kemudian dilanjutkan dengan observasi berperan serta berpartisipasi menjadi santri masuk ke lokal, setiap ada jam pelajaran tauhid dua kali seminggu selama satu cawu. Kegiatan ini menghasilkan data penelitian dalam bentuk catatan lapangan yang akan diolah lebih lanjut. Kemudian meminjam dokumen-dokumen berupa peraturan tata tertib, serta bukti-bukti tertulis lainnya dianalisis dalam proses pembelajaran tauhid.

Langkah-langkah penelitian ini mengacu kepada yang dikembangkan Spradley yaitu : Menentukan subjek situasi sosial, melakukan observasi dengan pertanyaan deskriptif, melakukan analisis kawasan, melakukan observasi terfokus dengan pernyataan struktural, melakukan analisis taksonomi, melakukan observasi terseleksi dengan pernyataan kontras, melakukan analisis komponensial, melakukan analisis tema, dan menulis laporan penelitian.10

Dalam penelitian ini ada empat kawasan yang menjadi kajian pembahasan analisis penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan observasi terfokus terhadap proses pembelajaran tauhid oleh ustadz melalui berbagai kesempatan belajar baik ketika belajar formal klasikal, juga ketika belajar malam hari dengan ustadz yang berbeda. Akhirnya dilanjutkan dengan analisis taksonomi dan analisis komponensial sehingga diketahui bahwa kecenderungan ustadz menggunakan metode ceramah, tanya jawab serta yang melatarbelakanginya. Latar belakang pendidikan seluruh ustadz/guru yang menjadi tenaga pendidik adalah sebagai berikut; pada umumnya mereka adalah semua sarjana dari dalam dan luar negeri khususnya kawasan timur tengah dengan disiplin ilmu umum dan ilmu agama. Untuk memperoleh tema budaya dilakukan analisis komponensial dengan pertanyaan terseleksi serta berdimensi kontras ganda jamak dan bertingkat (diadic dan triadic) menurut Spradley.

Pembahasan

Proses pembelajaran tauhid melalui interaksi ustadz-santri dalam lokal secara klasikal dengan metode ceramah. Kecenderungan ini dilatar belakangi oleh pengalaman ustadz yang mengajar itu sendiri sewaktu beliau masih belajar (menjadi santri) di dalam negeri hingga kuliah ke kawasan Timur Tengah. Menggunakan sumber asli kitab-kitab Arab (maraji), membaca teks berbahasa Arab, kemudian menjelaskan dalam bahasa sendiri yaitu bahasa Indonesia. Kemudian pengalaman mengajar dengan metode ceramah dan tanya jawab, untuk lebih memahamkan materi bagi santri-santri pada tingkat Aliyah.

Materi ketauhidan yang harus dipelajari pihak santri melalui kurikulum pondok tersusun dalam materi kitab-kitab arab seperti : Husunul Al Hamidiyah, Kifayatul al awwam, Aqaa’idu Ad Diniyah ditambah dengan kurikulum nasional madrasah materinya ditulis dalam buku berbahasa Indonesia berdasarkan pedoman dari departemen Agam RI.

Jadwal belajar santri sejak selesai sholat subuh di mesjid, kemudian masuk ruangan pagi hari sampai siang, dan dilanjutkan dengan belajar sore hari dan malam hari. Keseluruhan proses interaksi belajar mengajar tersebut pada umumnya dengan metode ceramah dan tanya jawab. Salah satu keistimewaan pembelajaran ini, bahwa santri mempunyai kebebasan untuk bertanya serta menambah wawasan ketauhidan dengan ustadz/guru pembimbing yang lain sewaktu belajar malam. Tidak tergantung hanya pada guru yang mengajar sewaktu belajar di kelas pada pagi hari ataupun siang hari.

Akhirnya setelah mengikuti langkah-langkah penelitian Spradley, maka ditemukan tema budaya : Pembelajaran tauhid kaya materi. Hal ini ditandai dengan belum adanya alternatif penggunaan metode mengajar selain ceramah dan tanya jawab, sesuai dengan pengalaman ustadz baik sewaktu menjadi santri juga pengalaman mengajar tauhid selama ini.

Keadaan seperti ini mempunyai sisi kebaikan serta kelemahan, menurut Depdikbud faktor manusia dan administratif, metode ceramah hidup dan menarik sepanjang umur manusia, mampu mencontohkan cerita dalam hidup nyata. Menurut administratif metode ceramah mudah dan menjangkau orang banyak, fleksibel dari segi bahasa, media dan waktu.11 Lebih lanjut S. Nasution mengisyaratkan, dalam pengajaran klasikal anak yang lambat dan yang berbakat boleh dikatakan tidak mendapat perhatian selayaknya. Ciri-ciri kepribadian anak mempengaruhi hasil belajar, kegiatan anak belajar berkaitan dengan gaya mengajar guru. Teaching style guru untuk anak tertentu, kurang serasi bagi anak yang berbeda kepribadian.12 Aktifitas mempelajari bahan tergantung pada jenis dan sifat bahan. Lama waktu mempelajari suatu bahan tergantung pada kemampuan siswa. Jika bahan mudah, siswa berkemampuan tinggi, maka proses belajar memakan waktu singkat.13

Penutup

Kesimpulan

Dalam penjelasan dan ulasan ustadz ketika menjelaskan materi pelajaran dalam kelas, tetap menguasai materi-materi tauhid yang selalu dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain belajar dalam kelas setiap santri tetap dipandu oleh ustadz pengasuh, untuk pendalaman materi pelajaran, saat belajar malam hari tidak terlepas dengan metode ceramah dan tanya jawab.

Sesuai dengan menurut pengalaman ustadz yang sudah banyak belajar maupun pengalaman mengajar, adalah kecenderungan metode ceramah dengan menggunakan kitab-kitab Arab untuk dapat lebih memahami materi pelajaran dari sumber aslinya berbahasa Arab, melalui metode ceramah dengan menjelaskan maksud pelajaran dalam bahasa Indonesia setelah membaca teks asli dalam Bahasa Arab.

Materi Pelajaran yang serba padat baik dalam kurikulum pondok maupun kurikulum madrasah lebih sesuai dengan jadwal belajar santri melalui metode ceramah.

Saran

Dalam mengangkat tenaga pengajar baik yang belasal dari alumni Timur Tengah maupun yang berasal dari dalam negeri, hendaknya pihak pimpinan pesantren melanjutkan dengan pembekalan materi bidang keguruan dan kependidikan.

Untuk mengadakan penyegaran secara berkala bagi kalangan tenaga pengajar ustadz, sebaiknya diutus secara bergiliran mengikuti berbagai bentuk pelatihan bidang keguruan kependidikan kerjasama dengan instansi terkait seperti Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional.

Dalam penyampaian materi pelajaran nilai-nilai ketauhidan sebaiknya tenaga pengajar, senantiasa dapat menunjukkan hubungan persesuaian tauhid dengan berbagai jenis penemuan ilmiah seperti yang ada dalam mass media.

Untuk lebih memberdayakan santri dalam proses belajar mengajar, hendaknya pimpinan memikirkan pembangunan serta kelengkapan alat-alat laboratorium sesuai tuntutan kurikulum dengan adanya jurusan IPA/IPS serta laboratorium bahasa.

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian dalam bidang bahasa. Bagaimana proses pembelajaran bahasa Arab maupun bahasa Inggris dalam penerapannya bagi kalangan santri sebagai bahasa komunikatif dalam lingkungan pesantren.


Pustaka Acuan

Abizar, Strategi Instruksional, latar Belakang Teori dan Penalaran, (Padang : IKIP Padang Press, 1995)

Barnadib, Imam, Kearah Baru Perspektif Pendidikan, (Jakarta : Dirjen Dikti, 1988)

Bogdan, R., & Biklen, SK., Qualitatif Research for Education an Introduction to the Theory and Methods, (Boston : Allyn And Bacon,1982)

Brannen, Julia, alih bahasa H. Nuktah Arfawie Kurde, Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kualitatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,1997)

Daulay, Haidar, Pesantren, Sekolah dan Madrasah, Tinjauan dari sudut Kurikulum Pendidikan Islam, tidak diterbitkan Disertasi Doktor, (Yogyakarta : Fakultas Pascasarjana dan Pendidikan Doktor IAIN Sunan Kalijaga, 1991)

Davies, Ivor K., Instruction Technique, (Mc Graw Hill : Book Company,1981)

Dep. Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta,1984)

Dep. Dikbud, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Dirjen Dikti, 1982)

_________, Pengenalan Terhadap APKG, (Jakarta : Dirjen Dikti, 1997)

Dhofier, Zamaksyari, Tradisi Pesantren, (Jakarta : LP3ES, 1994)

Ellis, RS, Educational Psychology, (D. Noston New York : company, 1956)

Faisal, Sanapiah, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar Aplikasinya, (Bandung: Yayasan Asah Asih Asuh, 1990)

Gottman, Kecerdasan Emosional,(Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 1999)

Gumilang, Panji AS Syaykh, Al-Zaytun, edisi 12:2000 Majalah Bulanan untuk Kalangan Sendiri, haurgeulis, (Indramayu : Yayasan Pesantren Indonesia, 2000)

Hamalik, Oemar, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Mandar Maju, 1993)

Haryanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996)

Hernachi., dan Porter D. Bobbi, Quantum Learning, (Bandung : Kaifa, 1990)

Huberman A., Michael, Milles B. Mattheus, terj. Tjetjep Rohendi Rohidi, Analisis Data Kualitatid, (Jakarta : UI Press, 1992)

Joni Raka, Strategi Belajar Mengajar, Suatu Tinjauan Pengantar, (Jakarta : Dirjen Dikti, 1980)

Karel A. Stenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan Islam Dalam Kurun Modern, (Jakarta : LP3ES, 1991)

Lislie J. Bringgs., Gagne M. Robert, Prinsiples of Instructional, Design, Florida : State University Holt Rinehart and Winston, 1979)

Madjid, Nurcholish, Bilik-Bilik Pesantren, (Jakarta : Paramadina, 1997)

Manan, Imran, Antropologi Pendidikan Suatu Pengantar, (Jakarta: Dirjen Dikti Dikbud, 1989)

Mastuhu, Danamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1995)

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Rosdakarya, 1989)

Mudhoffir, Teknologi Instruksional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990)

Mudjiono., dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999)

Muhadjir, Neong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasin, 1990

Muslim Abi, Al Husaini, Abi Al Hajjaj An Naisaburi Al Qusyairi, M-1413 H, Shohih Muslim, (Beirut Libanon : Darul Kutub Al Ilmiyah, 1992)

Nasution, S, Metodologi Penelitian Naturalistik, (Bandung : Tarsito, Bandung, 1988)

________, Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997)

Rahim, Husni, Pondok Pesantren Dalam Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : KONASPI IV, 2000)

Reigeluth, M. Charles, Instructional Design Theori and Models an Overview of Their Current Status,(New Jersey : Syarause University, 1983)

Robinson, Philip, Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali, 1986)

Rohani, Ahmadi, H, M.M.,dan Ahmadi Abu, H., Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1990)

Sadiman, S.. Arief, Media Pengajaran, (Jakarta : Seri Pustekkom, 1996)

Sanusi, Ahmad, dkk, Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan, (Bandung : IKIP Bandung, 1991)

Sardiman, AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali, 1996)

Saripuddin Udin dan Soekamto Toeti, Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran, (Jakarta : Dirjen Dikti, 1997)

Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : CV Sinar Baru, 1991)

________, Media Pengajaran, (Bandung : CV Sinar Baru, 1991)

Sudjoko, Prasojo, Profil Pesantren, Laporan Hasil Penelitian, Delapan Pesantren di Bogor, (Jakarta : LP3ES, 1975)

Suparno, Paul, Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1997)

Spradley, James P., Participant Observation, (New York : Renehard and Winston, 1980)

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dlam Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosadakarya, 1992)

Usman, Uzeer., dan Lilis Setiawan, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993)

Williams, David, Alih Bahasa Lexy, J. Moleong, Penelitian Naturalistik, (Jakarta : Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta, 1989)

Winkel, W. S., Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : Gramedia, 1983)

Yacub, Muhammad, Pondok Pesantren sebagai Wahana yang Membina secara Integratif Keunggulan Akademis, Keahlian, Akhlak, dan Etos Kewirausahaan Serta Sinergi Kantinuitas di Sekitarnya, (Jakarta: KONASPI IV, 2000)

Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta : Bigraf Publishing, 2000)


Penulis: Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara, menyelesaikan S2 di Universitas Negeri Padang.
Studi Tentang Al Akautsar Al Akbar Medan Studi Tentang Al Akautsar Al Akbar Medan Reviewed by marbun on 1:50 AM Rating: 5

Post AD