Hj. "Butet" Marlina M.Siahaan Bangun Indonesia Timur
Mentan Harapkan Tahun 2007 Produksi Jagung Capai 13,45 Juta Ton
[Ekonomi dan Keuangan]
Mentan Harapkan Tahun 2007 Produksi
Jagung Capai 13,45 Juta Ton
PEMERINTAH mencanangkan tahun 2007 sebagai tahun jagung nasional menuju swasembada jagung. Untuk mencapai swasembada jagung, maka produksi jagung tahun 2007 diharapkan dapat mencapai 13,45 juta ton. Produksi jagung tersebut akan diperoleh dari upaya peningkatan produktivitas, peluasan areal tanam dan penanganan pasca panen yang tepat.
Upaya peningkatan produktivitas tersebut akan dilakukan melalui pemberian bantuan benih jagung komposit dan hibrida kepada petani.
Upaya perluasan areal tanah akan dilakukan melalui peningkatan indeks pertanaman lahan sawah, pembukaan daerah-daerah baru dan juga untuk pemamfaatan lahan-lahan tidur serta perbaikan pola tanam, kata Menteri Pertanian, Anton Apriyantono, di depan puluhan petani saat kunjungan kerjanya di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, Sabtu (2/6).
Penanganan pasca panen jagung, ujarnya, akan dilakukan dengan peningkatan penerapan saranan dan teknologi pasca panen melalui penyediaan, pengertian, dan penyimpanan.
Karena itu, untuk mendukung swasembada jagung, Departemen Pertanian (Deptan) tahun 2006 telah membangun sillo jagung (Mesin pengering jagung, Red) di 18 kabupaten sentra jagung. Bahkan, pada tahun ini Deptan juga akan membangun sillo jagung lagi di 39 kabupaten sentra jagung, salah satunya Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Anton mengharapkan dengan dibangun sillo-sillo sentra jagung dapat meningkatkan mutu jagung, meningkatkan harga jagung dan pembagian keuntungan yang proporsional bagi petani, menumbuhkembangkan agroindustri jagung yang dikelola oleh Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) atau asosiasi perjagungan, meningkatkan efisiensi biaya pengolahan dan pemasaran serta memperpendek mata rantai pemasaran, serta mengurangi impor jagung dan meningkatkan ekspor jagung.
Terpadu
Sementara dalam rangka mendorong pengembangan jagung perlu dikembangkan kemitraan agroindustri jagung yang terpadu. Pengembangan tersebut, menurut Anton, diarahkan untuk mewujudkan sistem dan usaha agribisnis yang terpadu antara pengembangan kawasan produksi jagung di bagian hulu dengan industri pakan ternak di bagian hilirnya.
Misalnya, Gapoktan berperan sebagai pasar jagung dari petani atau kelompok tani dan juga sebagai pemasok jagung kepada industri ternak sesuai dengan mutu dan jumlah yang diperlukan, katanya.
Karena kemitraan agroindustri jagung merupakan wahana yang dinilai mampuh untuk menjawab tantangan dan juga ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan peran Gapoktan yang profesional yang mandiri, dan mampuh menjadi tulang punggung dan dapat memperkokoh struktur perekonomian daerah.
Dalam pengembangan ini diperlukan dukungan organisasi yang handal, iklim yang kondusif serta adanya koordinasi antar-instansi terkait baik pusat, Pemda, propinsi dan kabupaten/kota, tuturnya.
Dengan dikembangkannya paket sillo jagung diharapkan dapat mempercepat alih teknologi alat mesin pasca panen jagung kepada masyarakat tani, memperbaiki penanganan panen dan pasca panen, menurunkan kehilangan hasil dan memperbaiki mutu hasil, menciptakan lapangan kerja yang berdampak pada peningkatan kerja serta terbentunya subsistem agroindustri jagung dalam menunjang pengembangan sistem dan usaha agroindustri jagung di pedesaan.
Sentra jagung
Bupati Bolaang Mongodow, Marlina M.Siahaan, sementara itu mengatakan Kabupaten Bolaang Mongodow merupakan salah satu kabupaten yang berada diwilayah Provinsi Sulawesi Utara dengan luas wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow 54,16 persen dari total luas Provinsi Sulawesi Utara atau 8.358 km2.
Kabupaten Bolaang Mongodow memiliki 245 desa, 20 kelurahan, 17 kecamatan setelah hasil pemekaran, maka berubah menjadi 332 desa, 20 kelurahan dan 32 kecamatan.
Data tahun 2006 menunjukkan 46,50 persen kabupaten Bolaang Mongodow adalah kontribusi sektor pertanian, dengan potensi baik pertanian maupun peternakan dengan berbagai komoditi unggulan andalan yang merupakan basis utama pengembangan ekonomi kerakyatakan.
Adapun komoditi andalannya adalah beras dengan rata-rata surplus pertahunnya 75-80 ribu ton. Dengan potensi sawah irigasi 36.364 ha dan sawah tadah hujan 11.243 ha dengan total 47.604 ha.
Kabupaten Bolaang Mongondow sendiri secara nasional mentargetkan sembilan persen yakni capaian produksi tahun 2006 sebesar 132.525 ton beras.
Untuk komoditi jagung potensi lahan komoditi jagung adalah 33.492 persen hektar (ha), yang difungsikan sebesar 21.953 ha. Menurutnya, kabupaten Bolaang Mongondow sebagai salah satu sentra jagung nasional 2008 dengan luas tanam pada tahun 2005 27.125 ha, tahun 2006 44.887 ha, dan tahun 2007 mencapai 47.388 ha. Sedangkan untuk luas panen tahun 2005 23.302 ha, 2006 42.750 ha, dan tahun 2007, 46.074 ha. Dan untuk produksi pada tahun 2005 69.000 ton, tahun 2006, 132.525 ton dan tahun 2007 159.117 ton.
Pemerintah daerah maupun pusat dalam hal ini Departemen Pertanian telah meberikan respon positif terhadap usaha tani komoditi ini, ujarnya seraya menambahkan jagung Bolaang Mangondow sebanyak 2500 ton akan di ekspor ke Filipina. (ervin nur astuti)
[Ekonomi dan Keuangan]
Mentan Harapkan Tahun 2007 Produksi
Jagung Capai 13,45 Juta Ton
PEMERINTAH mencanangkan tahun 2007 sebagai tahun jagung nasional menuju swasembada jagung. Untuk mencapai swasembada jagung, maka produksi jagung tahun 2007 diharapkan dapat mencapai 13,45 juta ton. Produksi jagung tersebut akan diperoleh dari upaya peningkatan produktivitas, peluasan areal tanam dan penanganan pasca panen yang tepat.
Upaya peningkatan produktivitas tersebut akan dilakukan melalui pemberian bantuan benih jagung komposit dan hibrida kepada petani.
Upaya perluasan areal tanah akan dilakukan melalui peningkatan indeks pertanaman lahan sawah, pembukaan daerah-daerah baru dan juga untuk pemamfaatan lahan-lahan tidur serta perbaikan pola tanam, kata Menteri Pertanian, Anton Apriyantono, di depan puluhan petani saat kunjungan kerjanya di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, Sabtu (2/6).
Penanganan pasca panen jagung, ujarnya, akan dilakukan dengan peningkatan penerapan saranan dan teknologi pasca panen melalui penyediaan, pengertian, dan penyimpanan.
Karena itu, untuk mendukung swasembada jagung, Departemen Pertanian (Deptan) tahun 2006 telah membangun sillo jagung (Mesin pengering jagung, Red) di 18 kabupaten sentra jagung. Bahkan, pada tahun ini Deptan juga akan membangun sillo jagung lagi di 39 kabupaten sentra jagung, salah satunya Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Anton mengharapkan dengan dibangun sillo-sillo sentra jagung dapat meningkatkan mutu jagung, meningkatkan harga jagung dan pembagian keuntungan yang proporsional bagi petani, menumbuhkembangkan agroindustri jagung yang dikelola oleh Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) atau asosiasi perjagungan, meningkatkan efisiensi biaya pengolahan dan pemasaran serta memperpendek mata rantai pemasaran, serta mengurangi impor jagung dan meningkatkan ekspor jagung.
Terpadu
Sementara dalam rangka mendorong pengembangan jagung perlu dikembangkan kemitraan agroindustri jagung yang terpadu. Pengembangan tersebut, menurut Anton, diarahkan untuk mewujudkan sistem dan usaha agribisnis yang terpadu antara pengembangan kawasan produksi jagung di bagian hulu dengan industri pakan ternak di bagian hilirnya.
Misalnya, Gapoktan berperan sebagai pasar jagung dari petani atau kelompok tani dan juga sebagai pemasok jagung kepada industri ternak sesuai dengan mutu dan jumlah yang diperlukan, katanya.
Karena kemitraan agroindustri jagung merupakan wahana yang dinilai mampuh untuk menjawab tantangan dan juga ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan peran Gapoktan yang profesional yang mandiri, dan mampuh menjadi tulang punggung dan dapat memperkokoh struktur perekonomian daerah.
Dalam pengembangan ini diperlukan dukungan organisasi yang handal, iklim yang kondusif serta adanya koordinasi antar-instansi terkait baik pusat, Pemda, propinsi dan kabupaten/kota, tuturnya.
Dengan dikembangkannya paket sillo jagung diharapkan dapat mempercepat alih teknologi alat mesin pasca panen jagung kepada masyarakat tani, memperbaiki penanganan panen dan pasca panen, menurunkan kehilangan hasil dan memperbaiki mutu hasil, menciptakan lapangan kerja yang berdampak pada peningkatan kerja serta terbentunya subsistem agroindustri jagung dalam menunjang pengembangan sistem dan usaha agroindustri jagung di pedesaan.
Sentra jagung
Bupati Bolaang Mongodow, Marlina M.Siahaan, sementara itu mengatakan Kabupaten Bolaang Mongodow merupakan salah satu kabupaten yang berada diwilayah Provinsi Sulawesi Utara dengan luas wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow 54,16 persen dari total luas Provinsi Sulawesi Utara atau 8.358 km2.
Kabupaten Bolaang Mongodow memiliki 245 desa, 20 kelurahan, 17 kecamatan setelah hasil pemekaran, maka berubah menjadi 332 desa, 20 kelurahan dan 32 kecamatan.
Data tahun 2006 menunjukkan 46,50 persen kabupaten Bolaang Mongodow adalah kontribusi sektor pertanian, dengan potensi baik pertanian maupun peternakan dengan berbagai komoditi unggulan andalan yang merupakan basis utama pengembangan ekonomi kerakyatakan.
Adapun komoditi andalannya adalah beras dengan rata-rata surplus pertahunnya 75-80 ribu ton. Dengan potensi sawah irigasi 36.364 ha dan sawah tadah hujan 11.243 ha dengan total 47.604 ha.
Kabupaten Bolaang Mongondow sendiri secara nasional mentargetkan sembilan persen yakni capaian produksi tahun 2006 sebesar 132.525 ton beras.
Untuk komoditi jagung potensi lahan komoditi jagung adalah 33.492 persen hektar (ha), yang difungsikan sebesar 21.953 ha. Menurutnya, kabupaten Bolaang Mongondow sebagai salah satu sentra jagung nasional 2008 dengan luas tanam pada tahun 2005 27.125 ha, tahun 2006 44.887 ha, dan tahun 2007 mencapai 47.388 ha. Sedangkan untuk luas panen tahun 2005 23.302 ha, 2006 42.750 ha, dan tahun 2007, 46.074 ha. Dan untuk produksi pada tahun 2005 69.000 ton, tahun 2006, 132.525 ton dan tahun 2007 159.117 ton.
Pemerintah daerah maupun pusat dalam hal ini Departemen Pertanian telah meberikan respon positif terhadap usaha tani komoditi ini, ujarnya seraya menambahkan jagung Bolaang Mangondow sebanyak 2500 ton akan di ekspor ke Filipina. (ervin nur astuti)
Hj. "Butet" Marlina M.Siahaan Bangun Indonesia Timur
Reviewed by marbun
on
11:45 PM
Rating:
Post a Comment